AS akan Rilis Data Inflasi, Yield SBN Kembali Naik

Cnbcindonesia-market   Selasa, 13 April 2021

img

As akan rilis data inflasi, yield sbn kembali naik jakarta, cnbc indonesia - harga obligasi pemerintah atau surat berharga negara ( sbn ) mayoritas ditutup melemah pada perdagangan selasa (13/4/2021), seiring dari kembali naiknya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah amerika serikat (as) pada sore hari ini waktu indonesia, akibat kekhawatiran pelaku pasar terhadap inflasi as yang diperkirakan kembali meninggi. Mayoritas sbn acuan kembali dilepas oleh investor, di tandai dengan kenaikan yield di hampir seluruh sbn acuan. Namun di sbn acuan bertenor 3 tahun dan 30 tahun masih dikoleksi oleh investor dan mengalami penurunan yield-nya. Yield sbn bertenor 3 tahun dengan kode fr0039 turun sebesar 2 basis poin (bp) ke level 5,014%, sedangkan yield sbn berjatuh tempo 30 tahun dengan seri fr0089 turun 2,9 bp ke 7,019%.

Sementara itu, yield sbn seri fr0087 dengan tenor 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara kembali naik sebesar 1,1 basis poin (bp) ke level 6,523%. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Pada sore hari ini waktu indonesia, yield obligasi pemerintah as (us treasury) kembali mengalami kenaikan.

Berdasarkan data dari website world government bond, yield acuan surat utang as tenor 10 tahun naik 2,2 basis poin ke level 1,691%, hampir mendekati level 1,7%. Naiknya kembali yield treasury disebabkan karena pelaku pasar khawatir terhadap inflasi as yang diperkirakan akan kembali meninggi. Inflasi negeri paman sam periode maret 2021 akan dirilis pada pagi hari waktu setempat atau malam nanti waktu indonesia. Diperkirakan, inflasi negeri paman sam akan kembali seperti sebelum pandemi covid-19 melanda dan kian meninggi dalam beberapa bulan ke depan.

Jika inflasi terus menanjak maka ekspektasi kenaikan suku bunga akan semakin menguat, dan memukul surat berharga negara (sbn), rupiah, dan pada akhirnya kinerja keuangan emiten di bursa saham. Meski the fed berulang kali menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga hingga tahun 2023, tetapi pasar tidak percaya begitu saja. Jika suku bunga acuan naik, maka daya beli masyarakat akan menurun, begitu juga dengan beban pendanaan korporasi, yang pada akhirnya memukul ekonomi. Tim riset cnbc indonesia.


Baca Juga

0  Komentar