Bisnis Digital Dongkrak Kinerja BNI

Investor   Selasa, 27 April 2021

img

Bisnis digital dongkrak kinerja bni jakarta, investor.id - investasi dalam hal teknologi yang dilakukan pt bank negara indonesia (persero) tbk (bni) telah berbuah manis. Digitalisasi perbankan bni berhasil mendorong kinerja perseroan pada kuartal i-2021. Direktur it dan operasi bni yb hariantono mengatakan, pandemic covid-19 telah mengakselerasi perubahan perilaku masyarakat untuk mengalihkan transaksinya dari cabang dan channel konvensional seperti atm kepada layanan digital. Perseroan menyikapi hal ini dengan melakukan percepatan transformasi layanan digital yang berfokus pada tiga layanan champion.

Pertama, peningkatan kapabilitas mobile banking secara berkelanjutan (pada segmen konsumer). Kedua, terus meningkatkan platform transactional banking yang kuat yaitu melalui produk bni direct dan solusi cash management terintegrasi (segmen korporasi). Dan ketiga, memperluas layanan digital bni melalui kerja sama dengan fintech , e-commerce , serta ekosistem bisnis lainnya melalui application programming interface (api) digital service bni. Layanan digital bni yakni, pertama, bni mobile banking, yang disiapkan sebagai fasilitas layanan perbankan yang dominan untuk digunakan para nasabah ritel.

Hingga kuartal i-2021, jumlah pengguna bni mobile banking mencapai 8,56 juta atau tumbuh 58,4% dibandingkan kuartal i-2020 yang sebesar 5,41 juta nasabah. “dari sisi nilai transaksi pun tercatat rp 138 triliun pada maret 2021 atau tumbuh 33,2% dibandingkan maret 2020 sebesar rp 103 triliun. Adapun jumlah transaksi yang dilakukan melalui bni mobile banking sebanyak 95 juta pada kuartal i-2021 atau meningkat 50,4% dibandingkan kuartal i-2020 yang mencapai 63 juta transaksi,” ungkap yb hariantono dalam public expose bni kuartal i-2021, senin (26/4). Kedua, platform digital transactional banking atau bni direct, yang menawarkan solusi terintegrasi untuk layanan payment management , collection management , liquidity management , value chain management , hingga open banking solution.

Hingga maret 2021, jumlah nasabah cash management bni mencapai lebih dari 72 ribu, meningkat 24% dibandingkan tahun sebelumnya, dengan volume transaksi pada tiga bulan pertama tahun 2021 mencapai rp 968 triliun atau meningkat 22,7% dibandingkan periode sama tahun 2020. Hal ini mempertegas inisiatif bni untuk terus meningkatkan layanan digital tidak hanya kepada nasabah ritel, namun juga kepada nasabah korporasi dan umkm yang jumlahnya mencapai 83,6% dari total kredit yang disalurkan. “investasi berkelanjutan di platform transactional banking akan terus menjadi prioritas, mengingat hampir separuh dari dana murah bni berasal dari nasabah aktif pengguna bni direct,” sambung yb. Ketiga, api digital service bni yang mulai dikembangkan sejak 2018, dan kini sudah menunjukkan hasil yang menggembirakan.

Saat ini, bni telah menyediakan 238 api services, terbanyak di antara bank di indonesia, dengan jumlah pengguna lebih dari 3.000 klien. Laba bersih rp 2,38 triliun bni mencetak laba bersih konsolidasi sebesar rp 2,38 triliun pada kuartal i-2021, terkontraksi cukup dalam sebesar 43,9% secara tahunan ( year on year /yoy) dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar rp 4,25 triliun. Penurunan laba tersebut seiring dengan strategi perseroan meningkatkan rasio kecukupan pencadangan ( coverage ratio ) yang mencapai 200,5% lebih tinggi dari posisi akhir tahun 2020 yang sebesar 182,4%. Direktur keuangan bni novita widya anggraini mengatakan, salah satu fokus utama kebijakan perseroan saat ini adalah adanya pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.

Oleh karena itu, beragam langkah telah disiapkan demi mewujudkan kinerja yang berkelanjutan tersebut, yaitu menetapkan target kinerja yang berbasiskan profitabilitas, dan tidak hanya menekankan pada pertumbuhan aset semata. Salah satu tolok ukurnya adalah pre-provisioning operating profi t (ppop), atau laba perusahaan sebelum pencadangan. Pada kuartal i-2021, ppop tercatat sebesar rp 7,84 triliun atau meningkat 5,9% (yoy). “hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan perseroan untuk menghasilkan laba sebelum pencadangan terus meningkat dan bahkan telah di atas kondisi sebelum pandemic meluas di indonesia di kuartal i tahun 2021,” ungkap novita.

Bekal ppop tersebut menambah ruang bagi perseroan untuk tetap mengambil langkah dan kebijakan strategis untuk memastikan kinerja keuangan perseroan tetap sehat dan berkelanjutan, di antaranya dengan secara konservatif membentuk cadangan kerugian penurunan nilai (ckpn) yang sesuai untuk menghadapi risiko penurunan kualitas aset serta menghadapi tantangan perekonomian di masa mendatang. Itu sebabnya, pada kuartal i-2021, perseroan tetap membentuk ckpn yang tinggi sebesar rp 4,81 triliun atau meningkat 127,7% di atas ckpn kuartal i-2020 yang sebesar rp 2,11 triliun. “dengan nilai ckpn yang dibentuk tersebut, perseroan melaporkan laba bersih pada kuartal i tahun 2021 sebesar rp 2,38 triliun, dengan coverage ratio ditetapkan pada level 200,5%,” ungkap novita. Dengan fundamental yang semakin kuat dan berjalannya program transformasi perusahaan, termasuk transformasi layanan digital, pihaknya yakin kinerja bni hingga akhir tahun 2021 dapat lebih baik dibandingkan tahun 2020.

Meski laba bersih bni secara konsolidasi masih terkoreksi, namun margin bunga bersih ( net interest margin /nim) perseroan membaik dari 4,5% pada akhir tahun 2020 menjadi 4,9% per maret 2021. Pendapatan bunga bersih ( net interest income /nii) tumbuh 7,6% (yoy) menjadi rp 9,4 triliun. “sementara itu, di tengah kondisi perekonomian yang masih menantang di tiga bulan pertama tahun 2021, perseroan dapat merealisasikan pendapatan non bunga atau fee based income sebesar rp 3,19 triliun,” tutur direktur utama bni royke tumilaar. Pencapaian ini antara lain dikontribusikan dari recurring fee yang mencapai rp 2,91 triliun atau tumbuh 9,4% dari periode sama tahun sebelumnya.

Pendapatan recurring fee berasal dari komisi atas jasa transaksi perbankan seper ti layanan cash management dan trade finance bagi segmen bisnis, serta layanan atm, mobile banking , dan layanan elektronis atau echannel lainnya di segmen ritel. Adapun, rasio keuangan bni seperti return on equity (roe) sebesar 9,7%, return on asset (roa) 1,5%. Untuk cost of fund di level 1,7%, dengan loan to deposit ratio (ldr) 87,2%, serta rasio kecukupan modal ( capital adequacy ratio /car) 18,1% pada kuartal i-2021. Kredit naik 2,2% royke menyampaikan, fungsi intermediasi berjalan dengan baik, tercermin dari penyaluran kredit bni yang tumbuh positif.

Padahal, secara industri, kredit perbankan masih mengalami kontraksi. “pencapaian ini juga diikuti dengan pertumbuhan kredit 2,2% (yoy), jauh lebih baik dibandingkan rata-rata industri, dimana hingga kuartal i-2021 total kredit yang disalurkan mencapai rp 559,33 triliun,” kata royke. Untuk sepanjang tahun ini, royke menyebut akan mendorong pertumbuhan kredit lebih tinggi lagi dibandingkan dengan pencapaian kuar tal pertama. “atas dasar pertimbangan, kredit akan kami dorong pertumbuhannya kisaran 6-9%.

Ditopang dpk (dana pihak ketiga) 3-5%, nim kisaran 4,6% sampai 4,8%,” urai royke. Sektor prospektif menurut royke, dengan adanya stimulus dari pemerintah dan regulator, serta berlanjutnya implementasi vaksinasi covid-19, maka sektor kredit yang masih prospektif ke depan antara lain jasa kesehatan, sektor informasi dan telekomunikasi, serta industri pengolahan. “kita lihat jasa kesehatan ini cukup prospektif karena kelihatan pemerintah banyak support dan perbaikan di jasa kesehatan. Jasa kesehatan dan sosial jadi andalan pertumbuhan tertinggi,” tutur royke.

Kemudian, sektor informasi dan telekomunikasi juga disebut masih prospektif untuk dibiayai. Terlebih lagi sejak pandemic covid-19, dimana hampir semua aktivitas membutuhkan kanal digital. “dengan adanya pandemi covid, semua orang berusaha untuk berinteraksi melalui media digital. Sehingga sektor telekomunikasi dan informasi di masa depan lebih baik, dan menjadi sektor pertumbuhan tertinggi setelah jasa kesehatan,” sambung dia.

Sektor lainnya adalah industri pengolahan atau manufaktur. Royke menjelaskan, dengan adanya undang-undang cipta kerja, diyakini beberapa sektor manufaktur akan mengalami peningkatan yang cukup pesat. Seperti industri kimia, farmasi, obat-obatan, makanan dan minuman, serta turunan dari kelapa sawit. “tahun 2021 juga saya yakin perdagangan jadi baik karena beberapa kesempatan pemerintah juga memberikan banyak insentif, antara lain menurunkan diskon pajak ppnbm.

Itu juga banyak mempengaruhi perdagangan, real estate juga dapat dukungan penuh dari pemerintah, penyediaan hunian khususnya bagi milenial,” papar royke. Di samping sektor tersebut, yang paling menarik adalah, bni juga sudah berkomitmen untuk membantu pembiayaan di sektor energi terbarukan. “ini jadi target pertumbuhan masa depan bni di sektor energy terbarukan,” terang dia. Perseroan juga mencatat dpk tumbuh 8,1% (yoy) mencapai rp 639 triliun.

Peningkatan dpk terutama dikontribusikan oleh peningkatan giro dan tabungan yang masing-masing tumbuh 13,1% (yoy) dan 12,9% (yoy). Hal ini mempertegas posisi bni sebagai salah satu franchise dpk yang kuat di industri. Totalaset bni juga tercatat mencapai rp 862,44 triliun, naik 5% (yoy). “di tengah tren penurunan suku bunga kredit untuk mendorong perekonomian nasional, perseroan berupaya untuk memastikan pertumbuhan dpk yang sehat dalam rangka menjaga nim,” ungkap royke.

Terkait dengan pendanaan, royke mengatakan bni baru saja menerbitkan obligasi dalam bentuk tier 2 subordinated notes mencapai us$ 500 juta. Untuk itu, pihaknya belum akan menerbitkan obligasi lagi dalam waktu dekat. “kita baru terbitkan tier 2 sebesar us$ 500 juta, ini memperkuat permodalan kita, sehingga car kita naik 120 bps. Dana hasil penerbitan kita gunakan untuk pendanaan.

Saat ini green bond salah satu alternatif, tapi kami belum berpikir dalam waktu dekat terbitkan green bond ,” jelas dia. Sbdk di sisi lain, wakil direktur utama bni adi sulistyowati mengungkapkan, hingga akhir februari 2021, bni telah menurunkan suku bunga dasar kredit (sbdk) berkisar 155-320 basis poin (bps) secara year to date (ytd) sejalan dengan turunnya biaya dana ( cost of fund ). Dalam jangka waktu pendek penurunan sbdk tidak akan sebesar periode sebelumnya. “karena ruang penurunan cost of fund terbatas dibanding 2020.

Selain itu, bunga kredit sudah berada di posisi terendah dibanding tahun-tahun sebelumnya,” kata dia. Sementara itu, untuk relaksasi loan to value (ltv) yang dikeluarkan bank indonesia (bi) saat ini memberikan kelonggaran tersebut kepada tiga kelompok nasabah. Mulai dari nasabah yang memiliki properti dan membeli properti, pegawai bumn yang gajinya disalurkan oleh bni dan debitur rumah subsidi. Kredit bermasalah direktur manajemen risiko bni david pirzada mengatakan, kredit yang direstrukturisasi perseroan hingga kuartal i-2021 sebesar rp 84,3 triliun, atau 15% dari total portofolio kredit bni.

Menurut dia, angka tersebut sudah menurun dibandingkan dengan posisi desember 2020 dengan rasio 17-18% dari portofolio kredit. Pihaknya mengungkapkan, dari jumlah kredit yang direstrukturisasi, potensi ke depan menjadi kredit bermasalah ( non per forming loan /npl) tidak akan sebesar seperti di tahun lalu. “total restrukturisasi rp 84 triliun, yang sudah masuk dalam npl 2,1% dan ini masih sesuai dengan awal prediksi kita 10% dari total restrukturisasi yang ada potensi ke npl, sekarang di kuartal i sebesar 2,1% masuk kategori npl,” urai david. Adapun, npl gross bni pada kuartal i-2021 sebesar 4,1%, meningkat dibandingkan tahun lalu yang berada di level 2,4%.

“secara general potensi npl ke depan sangat kecil dibandingkan 2020. Kita tetap yakin mencapai target untuk npl di bawah 4% sampai akhir 2021,” imbuh dia. Bni telah menyiapkan upaya terkait hal tersebut. Perseroan melakukan monitoring secara berkala dan bagi debitur yang tidak bisa bangkit dengan kondisi yang buruk sekali, maka akan diturunkan menjadi kategori npl.


Baca Juga

0  Komentar