Covid-19 dan Normalisasi Kebijakan Moneter

Investor   Selasa, 23 Maret 2021

img

Covid-19 dan normalisasi kebijakan moneter para ekonom moneter akan menggambarkan normalisasi kebijakan moneter di era covid-19 sebagai varian dari sistem saluran untuk implementasi kebijakan moneter. Di bawah sistem saluran, bank sentral menetapkan tingkat bunga yang dipinjamkannya kepada lembaga keuangan (tingkat diskonto di amerika serikat) dan tingkat bunga atas saldo cadangan yang melebihi persyaratan cadangan (bu nga atas cadangan berlebih, baca: interest rate on excess reserve / ioer)), yaitu tingkat bunga yang diberikan lembaga keuangan kepada bank sentral. Kedua suku bunga tersebut masing-masing merupakan batas atas dari suku bunga semalam dan batas bawah. Di amerika serikat, tidak ada lembaga keuangan yang ingin meminjam dari lembaga ke uangan lain dengan tingkat bu nga lebih besar dari tingkat diskonto.

Lembaga keuangan juga tidak akan meminjamkan dengan tingkat bunga kurang dari tingkat bunga cadangan. Di bawah sistem saluran, bank sentral menargetkan suku bunga semalam berada di antara batas atas dan bawah. Sebelum resesi hebat, bank sen tral amerika (the fed) beroperasi di bawah sistem saluran dengan tingkat bunga atas cadangan berlebih sebesar 0 (nol). Ketika bank sentral memiliki sejumlah besar cadangan yang berbunga ber lebih yang beredar, penerapan kebijakan moneter bekerja secara berbeda, sebagai sistem dasar.

Dalam pasar kredit semalam yang berfungsi lancar, dengan ca dangan berlebih yang masih tersisa, ioer harus mematok suku bunga semalam karena pelaku pasar harus tidak peduli antara meminjamkan ke bank sentral dan meminjamkan ke lembaga keuangan lain dalam semalam. Jika pasar semalam amerika serikat bekerja seperti ini, lepas landas akan men jadi hal yang mudah untuk diterapkan oleh bank sentral. Peningkatan ioer hanya akan meningkatkan suku bunga dana bank sentral satu-untuk-satu. Artinya bergerak secara tandem.

Untuk mengatasi masalah ini, bank sentral, misalnya new york bereksperimen dengan fasilitas on-rrp (perjanjian pembelian reverse repo semalam). Sejak diluncurkan, fasilitas tersebut berfungsi sebagai cara untuk membatasi se lisih tarif. Fasilitas on-rrp memiliki sejumlah counterparty , termasuk reksa dana pasar uang dan perusahaan milik pemerintah. Dalam perjanjian pembelian reverse repo , salah satu pihak lawan ini meminjamkan ke bank sentral, biasanya dalam semalam, dengan bank sentral mem- posting beberapa sekuritas dalam portofolionya sebagai jaminan.

Tujuan dari fasilitas on-rrp adalah untuk memperluas kumpulan lembaga keuangan yang dapat menahan kewajiban bank sentral yang mengandung bunga. Berdasarkan rencana normalisasi federal open market committee (fomc), fomc akan terus menetapkan kisaran 25 basis poin untuk suku bunga dana, tetapi dengan ioer ditetapkan di bagian atas kisaran dan suku bunga onrrp di bagian bawah kisaran. Pada hari-hari biasa, bank sentral new york saat ini melakukan lelang pen jatahan penuh suku bunga te tap untuk pinjaman on-rrp, ya itu, bank sentral new york menetapkan suku bunga on-rrp dan membiarkan pasar menentukan jumlah pinjaman kepada bank sentral pada tingkat itu. Pada prinsipnya, suku bunga on-rrp harus ditempatkan di bawah tingkat suku bunga dana, dengan ioer menentukan batas atas suku bunga dana.

Sistem kemudian harus menjadi sistem lantai yang dimodifikasi — lantai dengan subfloor — yang akan memungkinkan bank sentral untuk mengontrol dengan ketat tingkat suku bunga dana. Dalam kondisi covid-19 kebijakan ini akan terus diberlakukan sekalipun kurva yield samakin menuju tegak semenjak joe biden memenangi pemilu presiden di amerika serikat. Dalam rencana normalisasi kebijakan moneter di era covid-19 menuntut, di mana pe ngurangan neraca bank sentral diproyeksikan akan mulai terjadi beberapa saat setelah dijalankan pascapandemi covid-19 berakhir. Selanjutnya, pengurangan akan terjadi sampai akhir program reinvestasi, khususnya ketika inves tasi ulang berhenti, aset pada neraca bank sentral akan jatuh tempo dengan sendirinya seiring waktu, dan neraca secara bertahap akan menyusut.

Dalam prosesnya, cadangan akan turun hingga ukuran neraca yang ditargetkan akan tercapai ketika cadangan turun ke jumlah yang cukup kecil, berdasarkan kejadian dari apa yang terutang saat resesi 2008 dan covid-19. Pengurangan neraca dapat terjadi melalui penjualan langsung aset bank sentral, tetapi tidak ada rencana untuk ini sampai saat ini. Risiko pengawasan perbankan meningkat karena ada kesenjangan yang signifikan antara ioer dan suku bunga dana bank sentral ( fed funds rate ). Ada beberapa faktor yang, menurut para peneli ti, menjelaskan kesenjangan ini.

Termasuk biaya regulasi yang terkait dengan memegang cada ngan untuk bank komersial, persaingan yang tidak sempurna dan fakta bahwa perusahaan yang dis ponsori pemerintah (gse) tidak menerima bunga atas saldo cadangan mereka dengan bank sentral. Implikasinya, ioer dan suku bunga dana bank sentral bergerak secara acak sehingga suku bunga dana bank sentral yang merupakan instrument kebijakan moneter semakin sulit diprediksi arahnya. Ketika kebijakan moneter tidak lagi dapat ditebak arahnya maka pengawas perbankan juga harus mewaspadai risiko yang mungkin akan terjadi dari normalisasi kebijakan moneter ini. Permasalahan di indonesia, perbankan diawasi oleh bukan lembaga bank sentral.


Baca Juga

0  Komentar