Digitalisasi UMKM

Investor   Kamis, 29 April 2021

img

Digitalisasi umkm pandemi covid-19 saat ini mendapat julukan chief transformation officer. Pandemi memang telah mengubah banyak hal dalam aktivitas masyarakat. Pandemi juga menuntut orang untuk beradaptasi terhadap perubahan yang demikian pesat. Dan yang paling nyata, pandemi telah mendorong transformasi digital di berbagai bidang kehidupan.

Pandemi covid-19 mengubah perilaku konsumen dan peta kompetisi bisnis para pelaku usaha. Hal itu terlihat pada perubahan pola konsumsi barang dan jasa dari luring ( offline ) ke daring ( online ). Data menunjukkan bahwa sebanyak 37% konsumen baru memanfaatkan ekonomi digital pada era pandemi. Selain itu, 45% pelaku usaha juga aktif melakukan penjualan melalui e-commerce selama pandemi.

Ekonomi digital memang melesat luar biasa. Di indonesia, transaksi perdagangan daring ( e-commerce ) yang pada 2017 ba ru sebesar rp 44,75 triliun, tahun lalu meningkat hampir 10 kali lipat men ja di rp 429 triliun. Data pemerintah menyebut produk domestik bruto (pdb) ekonomi digital pada 2020 mencapai us$ 44 mi liar. Mckinsey global institute (mgi) memprediksi bahwa ekonomi digital akan mampu menyumbang sebesar us$ 130 – 150 miliar bagi pertumbuhan pdb indonesia pada 2025.

Selanjutnya, dalam jangka panjang, besaran kontribusinya bakal mencapai 3,0%. Platform e-commerce terbukti mampu mendongkrak penju alan jutaan mitra platform, yang mayoritas adalah usaha mikro kecil menengah (umkm). Kesadaran umkm untuk memanfaatkan platform digital membuat akses pasar mereka terbentang luas dengan biaya yang semakin efisien. Sejauh ini, pemerintah senantiasa mendorong para pelaku umkm untuk bergabung ke platform digital melalui program ge rakan nasional bangga buatan in donesia (gernas bbi).

Hingga akhir 2020, tercatat sebanyak 11,7 juta umkm te lah hijrah ke bisnis daring. Dalam satu de kade ke depan, pada 2030, jumlah umkm yang go digital ditargetkan menembus 30 juta. Digitalisasi juga telah terlebih dulu merambah sektor keuangan. Sejumlah bank sudah ancang-ancang untuk bermetamorfosis menjadi bank digital.

Sebagian juga menggandeng sejumlah platform digital untuk menjaring nasabah sebanyak mung kin. Banyak bank besar memangkas kantor cabang karena digitalisasi. Sementara itu, dalam skala yang lebih kecil, layanan financial technology ( fin tech ) juga tumbuh agresif. Saat ini terdapat 148 perusahaan fintech yang ter daftar di otoritas jasa keuangan (ojk) dan 45 di antaranya telah mengantongi izin.

Akumulasi jumlah penyaluran pinjaman yang telah disalurkan fintech per februari 2021 mencapai rp 169,5 triliun. Fintech diharapkan juga lebih banyak menyalurkan pinjaman produktif, bukan sekadar konsumtif. Fintech ke depan dijadikan tumpuan untuk mendorong inklusivitas keuangan guna merangkul 46,6 juta umkm dan 132 juta orang yang belum memiliki akses kepada kredit atau pembiayaan. Simultan dengan digitalisasi umkm dan layanan keuangan, pemerintah daerah juga berpacu di jalur yang sama.

Di gitalisasi kini diterapkan di sektor pemerintah daerah melalui kebijakan elektronifikasi transaksi pemerintah daerah (etpd) yang diharapkan mampu meningkatkan pendapatan asli daerah (pad) dengan menerapkan prinsip transparansi, akuntabel, tata kelola yang baik ( good governance ), dan integrasi sistem pengelolaan keuangan daerah. Untuk mengakselerasi digitalisasi di pemda-pemda, pemerintah telah membentuk tim percepatan dan perluasan digitalisasi daerah (tp2dd). Eksistensi tim tersebut sangat penting untuk mendukung pengembangan ekosistem digital di lingkungan pemerintah daerah. Gerakan paralel dan simultan dalam digitalisasi antara sektor swasta dan pemerintah ini bakal menciptakan ekosistem digital yang solid.

Dukungan ekosistem menjadi elemen paling penting untuk mengukuhkan negeri ini sebagai pasar ekonomi digital terbesar di asean. Digitalisasi ekonomi diyakini bukan ha nya akan mendorong kebangkitan ekonomi indonesia, tetapi juga akan memperkecil kesenjangan. Teknologi digital dengan basis utama internet membuka peluang masyarakat kecil, mulai dari petani, peternak, nelayan, pelaku umkm mendapatkan akses yang luas. Mulai dari akses pendanaan, pemasaran, bantuan manajemen, hingga teknologi.

Saat ini banyak usaha rintisan berbasis teknologi ( startup ) yang menciptakan sistem untuk membantu petani, nelayan, dan pelaku usaha kecil-mikro untuk meningkatkan kesejahteraan, memperlancar usaha, dan meningkatkan kapasitas diri. Sinergi mereka dengan penyedia platform e-commerce akan mendorong pertumbuhan bisnis untuk tumbuh lebih cepat. Indonesia saat ini memang membutuhkan lebih banyak lagi pengusaha startup , penyedia platform digital, atau wirausahawan dan inovator berbasis teknologi ( tech-entreprenuer ) yang mampu memberdayakan potensi-potensi ekonomi di level akar rumput ( grass root ). Yakin bahwa po tensi mereka sangat luar biasa dan pe manfaatan teknologi digital menjadi sebuah keniscayaan.


Baca Juga

0  Komentar