Gerakan Mute Massal hingga Ramadhan sebagai Media Pendidikan Kontekstual Anak
Kompasiana Rabu, 14 April 2021

Gerakan mute massal hingga ramadhan sebagai media pendidikan kontekstual anak gerakan mute massal ramai di media sosial. Gerakan ini mengkritik gaya bahasa yang digunakan komentator sepak bola, valentino "jebret" simanjuntak atau akrab disapa bung valent. Gerakan mute massal ini kemudian semakin ramai dan menganggap valent terlalu hiperbola, berisik, dan tak memberikan edukasi kepada penonton. Valent sendiri akhirnya buka suara.
Menurutnya, ia tak mempermasalahkan gerakan ini. Hanya saja ia keberatan atas kicauan akun-akun tak bertanggung jawab dengan penggunaan kata tak pantas. Selain soal kritik komentator sepak bola, ada juga mengenai tip berkendara sepeda motor jarak jauh pada bulan ramadan hingga momen ramadan sebagai media pendidikan kontekstual anak. Berikut konten-konten menarik dan populer di kompasiana: jagad twitter baru-baru ini diramaikan oleh tagar gerakan mute massal.
Konten terkait makna tektual dan kontekstual podcast sebagai media pembelajaran ramadhan sebagai pusat pelatihan untuk berintegritas gerakan mute massal, kritik cerdas untuk lebaynya komentator sepak bola kita kartini kompasianer kontekstual keren manfaat mainan sebagai media belajar dan meningkatkan kreativitas anak kompasianer bobby menilai sejatinya gerakan mute massal ini menjadi masukan bagi sejumlah komentator sepak bola indonesia yang dinilai terlalu lebay atau berlebihan. Ditulisnya, maksud hati ingin menghibur penonton dengan ungkapan-ungkapan lucu, namun akhirnya membuat penonton merasa terganggu. "karena sejatinya penikmat sepakbola juga butuh edukasi, bukan pendengar teriakan yang menimbulkan polusi menjadi pesan utama gerakan mute massal," tulisnya. Menurutnya komentator sepak bola sejatinya adalah seorang pembicara publik yang wajib menguasai dasar-dasar wicara publik.
Baca Juga
0 Komentar
Untuk membuat komentar silahkan login terlebih dahulu