Masuknya Dana Segar ke Summarecon

Investor   Selasa, 20 April 2021

img

Masuknya dana segar ke summarecon jakarta, investor.id - masuknya dana segar dari penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (hmetd) atau rights issue senilai rp 1,5-2 triliun, yang bersamaan dengan tren pemulihan penjualan properti menjadi katalis positif terhadap kinerja keuangan dan pergerakan harga saham pt summarecon agung tbk (smra). Adapun valuasi saham perseroan saat ini tergolong masih murah dan sangat terbuka peluang penguatan lebih lanjut. Bri danareksa sekuritas victor stefano mengungkapkan, harga saham summarecon masih di bawah harga wajar ( undervalued ), jika mempertimbangkan faktor pemulihan kinerja keuangan dan penjualan pemasaran ( marketing sales ) unit property tahun ini. “hal ini mendorong kami untuk mempertahankan rekomendasi beli smra, namun target harga direvisi turun dari rp 1.350 menjadi rp 1.300.

Penurunan target harga merefleksikan penurunan posisi kas bersih perseroan sepanjang tahun lalu,” tulis victor dalam risetnya. Target harga tersebut juga mencerminkan asumsi peningkatan laba bersih perseroan menjadi rp 201 miliar tahun ini dibandingkan realisasi tahun lalu rp 180 miliar. Pendapatan perseroan juga diproyeksikan naik dari rp 5,03 triliun menjadi rp 5,31 triliun. Mengenai kinerja keuangan summarecon tahun lalu, victor menyebutkan bahwa itu telah melampaui proyeksi bri danareksa sekuritas dan konsensus analis, meskipun laba bersih perseroan turun 65% menjadi rp 180 miliar pada 2020.

“meski turun, laba bersih tahun lalu jauh di atas ekspektasi kami atau setara dengan 194% dan mencapai 178% dari konsensus analis. Hal itu didukung oleh keberhasilan perseroan meraup keuntungan pada semester ii-2020,” jelas dia. Manajemen summarecon dalam pengumuman resmi menyebutkan, penurunan laba bersih seiring pelemahan pendapatan sebesar 15,34% menjadi rp 5,02 triliun pada 2020 dibandingkan tahun 2019 yang senilai rp 5,94 triliun. Meski turun, perseroan masih berhasil mencetak kenaikan pendapatan pengembangan properti menjadi rp 3,66 triliun dari rp 3,61 triliun.

Namun, property investasi turun menjadi rp 893,63 miliar dari sebelumnya rp 1,59 triliun, serta pendapatan lain-lain juga ikut terkoreksi menjadi rp 466,45 miliar dari rp 725,72 miliar. Di tengah penurunan pendapatan, summarecon juga berhasil menekan beban pokok penjualan dan beban langsung pada 2020 menjadi rp 2,73 triliun dibandingkan tahun sebelumnya rp 3,09 triliun. Beban penjualan juga turun dari rp 354,46 miliar menjadi rp 275,47 miliar dan beban administrasi turun dari rp 915,46 miliar menjadi rp 746,61 miliar. Sementara itu, perseroan telah meraih restu pemegang saham atas rencana rights issue pada rapat umum pemegang saham luar biasa (rupslb) 1 april.

Detail aksi korporasi ini, termasuk harga pelaksanaan akan diumumkan kemudian. Perseroan menargetkan aksi korporasi ini bisa dieksekusi sebelum semester i-2021 berakhir. “pemegang saham mayoritas telah menyatakan akan ikut mengeksekusi haknya dalam rights issue tahun ini. Saat ini, belum ada pembeli siaga baru,” kata sekretaris perusahaan summarecon agung jemmy kusnadi kepada investor daily , baru-baru ini.

Summarecon akan menggunakan dana segar_hasil rights issue _untuk pembayaran utang dan modal kerja. Manajemen berharap, dengan memperkuat struktur permodalan, maka perseroan bisa_meningkatnya kinerja dan daya saing. Pada akhirnya, diharapkan pula dapat meningkatkan pendapatan dan laba bersih perseroan. Adapun tahun ini, summarecon menganggarkan belanja modal ( capital expenditure/capex ) rp 500 miliar.

Ekspansi perseroan tersebut diharapkan bisa mendukung target marketing sales tahun ini yang sebesar rp 3,5 triliun. Sebelumnya, analis bri danareksa sekuritas victor stefano menyebutkan, prospek kinerja keuangan summarecon tahun ini lebih baik, karena permintaan rumah yang masih tinggi dan didukung oleh stimulus pemerintah. Begitu juga dengan bisnis ritel yang diperkirakan mulai kembali normal tahun ini tahun ini, menurut dia, marketing sales summarecon diproyeksikan meningkat menjadi rp 3,7 triliun atau lebih tinggi dari asumsi semula rp 3,5 triliun. Revisi naik target tersebut sejalan dengan stimulus pemerintah, seperti penurunan uang muka pembelian produk properti dan penghapusan pajak penjualan properti dalam rentang harga tertentu oleh pemerintah.

Terkait bisnis pusat perbelanjaan, summarecon telah memangkas diskon biaya sewa menjadi 40% pada awal 2021 dibandingkan periode april- desember 2020 mencapai 50%. Kebijakan tersebut membuat tingkat okupansi mal perseroan tetap tinggi berkisar 92-95%. Penyewa bisnis makanan dan minuman masih menunjukkan bisnis yang baik. Editor : gora kunjana (gora_kunjana@investor.co.id).


Baca Juga

0  Komentar