Performa Ciputra Development di Tengah Berbagai Tantangan
Investor Rabu, 28 April 2021

Performa ciputra development di tengah berbagai tantangan jakarta, investor.id - insentif pajak penjualan properti dan peningkatan minat masyarakat untuk membeli properti, khususnya rumah tapak, yang dikembangkan oleh pt ciputra development tbk (ctra) menjadi dukungan positif terhadap kesinambungan kinerja keuangan perseroan tahun ini. Analis bri danareksa sekuritas victor stefano mengungkapkan, kuatnya performa ciputra development sepanjang 2020, meski menghadapi tantangan pandemi covid-19 dan implementasi psak sektor properti, membuat target penjualan pemasaran ( marketing sales ) unit properti perseroan layak untuk direvisi naik. “karena itu, kami memilih untuk merevisi naik target marketing sales ciputra development tahun ini menjadi rp 6,5 triliun. Target tersebut juga memperhitungkan sejumlah stimulus yang diberikan pemerintah untuk mendongkrak segmen properti, khususnya pembebasan pajak penjualan,” tulis victor dalam risetnya.
Dia memperkirakan marketing sales perseroan masih didominasi oleh kontribusi penjualan rumah tapak, khususnya proyek properti gama city medan. Penjualan proyek ini diperkirakan melampaui target yang telah ditetapkan semula, apalagi setelah adanya stimulus berupa diskon pajak pertambahan nilai akan menjadi tambahan dukungan. Meski marketing sales perseroan direvisi naik, victor tetap mempertahankan proyeksi laba bersih ciputra development senilai rp 1,31 triliun pada 2021 dibandingkan realisasi tahun lalu rp 1,32 triliun. Pendapatan perseroan diperkirakan turun dari rp 8,07 triliun menjadi rp 7,75 triliun.
Peningkatan target marketing sales berdampak pada revisi naik target harga ctra dari rp 1.400 menjadi rp 1.450 dengan rekomendasi dipertahankan beli. Target harga tersebut juga mempertimbangkan revisi perkiraan nilai aset bersih (nav) perseroan sebesar rp 2.300. Tahun lalu, ciputra development membukukan kenaikan laba bersih sebesar 14,05% menjadi rp 1,32 triliun dibandingkan perolehan akhir 2019 yang senilai rp 1,15 triliun. Peningkatan ini sejalan dengan kenaikan pendapatan sebesar 6,07% menjadi rp 8,07 triliun dibandingkan realisasi tahun 2019 senilai rp 7,6 triliun.
Menurut victor, ciputra development mencetak kinerja keuangan yang kuat dengan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih di tengah pandemi covid-19 pada tahun lalu. Lonjakan laba bersih tersebut juga mengejutkan di tengah implementasi psak terbaru untuk perusahaan properti. Kontributor terbesar datang dari realisasi kuartal iv-2020 dengan laba bersih yang dihasilkan rp 1,1 triliun, sehingga total keuntungan perseroan tahun lalu mencapai rp 1,3 triliun. “realisasi laba bersih tersebut jauh di atas ekspektasi kami atau setara dengan 166%.
Angka tersebut juga telah merefleksikan 185% dari konsensus analis,” jelasnya. Kuatnya performa perseroan saat ekonomi sedang terkoreksi tersebut didukung oleh besarnya pendapatan dari segmen residensial. Lonjakan tersebut mampu menahan penurunan keuntungan dari segmen investasi properti. Berdasarkan data, pendapatan investasi properti khususnya pusat perbelanjaan dan hotel turun 25%.
Sedangkan pendapatan pengembangan property meningkat 16%. Kontribusi ditopang oleh kenaikan penjualan rumah tapak, lahan, dan apartemen. Perseroan sebelumnya telah menuntaskan pembiayaan kembali ( refinancing ) surat utang global senilai sin$ 150 juta dengan bunga 4,85% yang jatuh tempo tahun ini. Perseroan akan mempertahankan diversifikasi sumber-sumber pembiayaan, yang terdiri atas pinjaman bank serta global bond selama tahun ini.
Perseroan menebus global bond 2021 dengan global bond baru sin$ 150 juta yang memiliki bunga 6% dan jatuh tempo pada 2026. Sejak februari, perseroan menerbitkan global bond 2026 sebanyak tiga kali. Rinciannya, tranche 001 senilai sin$ 100 juta pada 2 februari tranche 003 senilai sin$ 25 juta pada 11 februari, dan tranche 003 senilai sin$ 25 juta pada 5 maret. Direktur ciputra development tulus santoso mengatakan, proses penebusan globalbond 2021 dituntaskan pada 19 maret.
Dengan jatuh tempo global bond yang lebih panjang, perseroan bisa mencermati kewajiban-kewajiban lain yang berpotensi dilunasi kembali. “dari total utang perseroan yang sekitar rp 10 triliun, sekitar 15% dalam denominasi mata uang asing dan 85% dalam rupiah. Kami harap perbandingan tersebut bisa berubah menjadi 30% dan 70%,” jelasnya. Tulus mengatakan, perubahan rasio tersebut tidak spesifik ditargetkan terjadi tahun ini.
Baca Juga
0 Komentar
Untuk membuat komentar silahkan login terlebih dahulu