Rachmat Gobel, Isu Kemiskinan, dan Godaan Kekuasaan

Kronologi   Sabtu, 3 April 2021

img

Rachmat gobel, isu kemiskinan, dan godaan kekuasaan oleh : rian wahyudi putra nteseo, s.ikom tenaga ahli dpd ri di sela sela rakorwil partai nasdem, rg mengumumkan akan maju sebagai calon gubernur gorontalo periode mendatang, hanya jika provinsi penghasil jagung terbesar ke-9 di indonesia ini masih belum bisa menyelesaikan masalah kemiskinan yang di kalangan banyak pihak dianggap masalah paling fundamental suatu bangsa. Untuk diketahui, gorontalo masuk dalam 5 provinsi termiskin dengan presentasi 15,59%, yang kembali naik setelah semester 1 presentasinya 15,22%. Peringkat pertama diambil oleh provinsi papua dengan presentase 26,5%, dan provinsi aceh yang berada dibawah gorontalo dengan presentase 15,43% menurut data badan pusat statistik. Artinya, dari data yang saya baca di laman bps ini, secara persentase provinsi gorontalo memang masuk 5 besar daerah termiskin, namun secara jumlah penduduk miskin, gorontalo tidak termasuk dalam 5 besar tersebut.

Memang, kemiskinan nampaknya menjadi salah satu isu “seksi” yang selalu mencuat tatkala menjelang perhelatan politik. Kaum proletar ini menjadi komoditi politik untuk mencuri perhatian dan simpati publik. Cara ini secara umum selalu berhasil, bahwa kaum papa akan berpihak kepada calon penguasa yang dianggap merepresentasikan eksistensi mereka. Bahkan di beberapa pertarungan politik nasional maupun daerah, penantang akan menguliti petahana lewat kegagalan di bidang pembangunan ekonomi, dan sebaliknya, petahana akan bertahan dengan cara memberikan sumber data lembaga yang tervalidasi tentang keberhasilan pembangunan yang disertai peningkatan ekonomi masyakarat, yang diklaim sebagai salah satu indikator keberhasilan pemerintah daerah yang dipimpin.

Konflik perebutan kekuasaan dua tokoh ini pun dimanfaatkan oleh banyak pihak. Tak ketinggalan partai-partai lainnya yang “tampaknya” mulai merapat pada salah satu pihak dan ikut menikmati popularitas politik. Mereka ikut “berselancar di atas ombak”, menikmati coat tail effect dari pertarungan dua poros raksasa tersebut. Memang, kekuasaan adalah candu bagi banyak pihak.

Padahal dalam kekuasaan, pada hakekatnya terdapat kemuliaan tuhan yang dititipkan kepada penguasa. Dia haruslah bermanfaat untuk orang banyak seperti kisah ilomata wopato , atau bisa jadi malah memperkaya dirinya dan mendirikan oligarki baru. Lagi-lagi, kaum proletar tadi terlewati, diangkat sebagai amunisi awal, kemudian dilupakan kembali saat pertarungan dalam narasi-narasi politik tengah berlangsung. Si miskin tidak mengerti tentang data statistik yang diperdebatkan.

Mereka hanya tahu tentang apakah besok hari mereka masih bisa menunda pembayaran “koperasi simpan pinjam”, atau tentang dimana mendapatkan pinjaman untuk tunggakan spp anaknya yang sudah jatuh tempo dan harus segera dibayarkan. Bahkan saya iseng bertanya pada beberapa kerabat di gorontalo. Jawabannya beda-beda, namun secara empiris mempunyai makna yang sama. Mereka menaruh asa kepada rg karena rg dianggap telah selesai dengan intrik pribadi.

“ kitorang ini ponorima bantuan lo provinsi, tapi kitorang sayang ti pak rachmat. Yang ponting ti pak rusli so 2x olo. Mamowali uwito .” ujar ka mani satu, paman kami yang berprofesi sebagai petani ini, yang dilanjutkan dengan pertanyaan “ woluwo doyimu jahepomake to jakarta nunu ?”. Tentu pernyataan dari beberapa orang yang saya tanyakan tersebut tidak mewakili mayoritas masyarakat gorontalo.

Pertarungan antara dua kubu terkuat saat ini, tetap saja ditentukan oleh strategi lapangan yang nanti akan diterapkan oleh tim sukses masing-masing. Pada ujung tulisan, tersisa beberapa pertanyaan yang menggelitik konstruksi berpikir saya terkait keadaan politik di daerah serambi madinah saat ini. Pertama, apakah rusli habibie, gubernur gorontalo dua periode, nakhoda dan tokoh sentral di partai berlambang pohon beringin ini mampu memenangkan pertarungan bersama kemunculan tokoh baru yang diusungnya, dengan menggunakan mesin golkar yang masih sangat mengakar di kalangan masyarakat umum gorontalo? kedua, apakah rg mampu mematahkan dominasi golkar yang telah mengakar selama puluhan tahun dengan kekuatan tokoh-tokoh politik senior yang berada dalam barisannya? ketiga, apakah mungkin tercipta kekuatan poros tengah (tokoh-tokoh yang tidak terafiliasi konflik seperti elnino mohi, prof. Nelson pomalingo, eduart wolok, dsb) yang bisa menjadi kekuatan tambahan atau malah menjadi kuda hitam dalam pertarungan nanti?.

Jawaban dari pertanyaan tersebut tentunya bisa terjawab, hanya apabila gorontalo bisa keluar dari “daerah termiskin”. Mengingat narasi rg yang akan maju, hanya apabila gorontalo masih berada dalam daftar provinsi termiskin. Dan bagaimana jika ternyata, rusli habibie berhasil menekan angka kemiskinan hingga masa berakhir jabatannya? tentunya ini bisa menjadi amunisi baru untuk kubu rh. Rg akan gampang diserang balik jika memaksakan diri terus maju.

Nama rachmat gobel yang begitu “wangi” dan sangat dihormati pada kebanyakan masyarakat umum bisa cedera. Bisikan lingkaran dalam yang memaksakan rg untuk bertarung pun patut diwaspadai. Tidak menutup kemungkinan, yang ingin berkuasa sebenarnya bukanlah seorang rg, melainkan lingkaran yang masih mempunyai dendam politik yang belum usai. Panjang umur perjuangan !!.


Baca Juga

0  Komentar