Semester II/2021, Emisi Obligasi Korporasi Diadang Dua Tantangan Besar

Bisnis   Minggu, 4 Juli 2021

img

Semester ii/2021, emisi obligasi korporasi diadang dua tantangan besar bisnis.com , jakarta – penerbitan obligasi korporasi baru pada semester ii/2021, dinilai tak akan sebesar yang diperkirakan. Pasalnya, ada dua tantangan yang mengadang para emiten untuk menahan diri. Senior economist samuel sekuritas fikri c. Permana mengungkapkan sebenarnya pada semester kedua setiap tahunnya, jumlah penerbitan obligasi dan sukuk biasanya lebih banyak.

"harusnya di second half lebih baik, utang jatuh tempo lebih banyak, emiten juga punya kebiasaan refinancing utangnya, serta kondisi sektor riil sudah mulai pulih," jelasnya kepada bisnis , minggu (4/6/2021). Selain itu, emiten juga memiliki kebutuhan ekspansi pada periode tersebut. Dengan demikian, penerbitan obligasi baru dapat lebih semarak. Sayangnya, peningkatan penerbitan obligasi korporasi baru ini menghadapi risiko dari pelaksanaan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (ppkm) darurat yang akan menahan konsumsi masyarakat.

Hal ini memberatkan para penerbit obligasi, yang berujung pada pilihan menahan diri sepanjang diberlakukannya ppkm darurat. Risiko ini hanya dapat terselesaikan jika ppkm darurat efektif dan kasus aktif covid-19 dapat ditekan sehingga aktivitas perekonomian kembali normal. "selain itu, ada risiko kenaikan cost of fund , saat ini yield us treasury turun tetapi indeks dolar as naik. Ada kekhawatiran us treasury naik, sehingga yield sun [surat utang negara] meningkat, dan obligasi korporasi kebanyakan yield jangka pendek, sehingga ada kekhawatiran naik defisit fiskal, terjadi default lebih tinggi," papar fikri.

Dia menegaskan yield us treasury yang diperkirakan akan naik pada tahun ini atau tahun depan dapat berpengaruh terhadap yield sun yang turut meningkat. Adapun, sun menjadi acuan bagi kupon obligasi korporasi, sehingga akan turut mengerek tingkat kupon obligasi para emiten. Apalagi, kebanyakan emiten memberikan obligasi dalam jangka pendek, yang biasanya dalam rentang 1 tahun hingga 5 tahun. Dengan begitu, biaya keuangan obligasi korporasi jangka pendek yang lebih tinggi ini akan menahan penerbitan pada semester ii/2021.

"ekspektasi awal second half bisa ekspansif sekali, risiko akan sedikit tertahan. Pada september 2021, the fed mungkin menaikkan suku bunga, sektor riil tertahan," sambung fikri. Ditambah lagi, lanjutnya, biasanya penerbit obligasi berasal dari sektor multifinance , telekomunikasi, dan infrastruktur. Dalam beberapa waktu ke depan, sektor multifinance diperkirakan menahan refinancing dan penerbitan baru, sedangkan sektor infrastruktur menghadapi tantangan dari alokasi dana pemerintah yang bakal dialihkan ke bantuan ppkm darurat.

Meski nilai awal penerbitan obligasi baru diperkirakan dapat mencapai rp60 triliun pada paruh kedua ini, tetapi melihat risiko yang ada, bisa jadi angkanya akan lebih rendah. "kemungkinan lebih baik dari first half tapi tidak sebesar prediksi awal. Hitungannya pada first half rp46 triliun, pada second half bisa rp50 triliun-rp60 triliun. Awalnya saya perkirakan rp60 triliun-rp80 triliun," ungkap fikri.


Baca Juga

0  Komentar