Trisula Textile Masuk ke Bisnis Perdagangan Alat Kesehatan
Investor Selasa, 20 April 2021

Trisula textile masuk ke bisnis perdagangan alat kesehatan jakarta, investor.id – pt trisula textile industries tbk (bell) berencana menambah lini bisnis baru, yakni perdagangan besar alat laboratorium, farmasi, dan kedokteran. Hal ini seiring dengan upaya perseroan dalam memproduksi bahan baku dan alat pelindung diri berupa masker dan baju hamzat selama pandemi covid-19. Manajemen trisula textile menjelaskan, pada masa awal pandemi, perseroan melihat kebutuhan yang sangat mendesak terhadap alat pelindung diri berupa masker dan baju hazmat, baik untuk tenaga medis maupun untuk masyarakat umum. Kondisi tersebut mendorong perseroan untuk mendukung pemerintah dalam upaya penanganan pandemi.
Misalnya, dengan segera memproduksi bahan baku serta memasarkan masker dan baju hazmat tersebut di pasar lokal serta sebagai kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan. “selain itu, kegiatan usaha ini juga dapat mengoptimalkan kapasitas produksi perseroan yang mengalami penurunan selama masa pandemi,” jelas manajemen trisula dalam keterangan tertulis, selasa (20/4). Manajemen menyatakan, pengalaman di industri tekstil selama lebih dari 50 tahun sangat mendukung kemampuan perseroan untuk memproduksi bahan baku kain untuk produk apd. Perseroan memproduksi produk tersebut dengan fitur anti-mikroba dan water repellent.
Berdasarkan hasil analisis proyeksi laba-rugi, manajemen menilai penambahan kegiatan usaha penunjang oleh perseroan akan memberikan manfaat. Pada 2021, perseroan akan membukukan tambahan pendapatan rp 2,13 miliar, kemudian sebanyak rp 2,07 miliar pada 2022, rp 2,02 miliar pada 2023, rp 1,96 miliar pada 2024, dan rp 1,88 miliar pada 2025. “pendapatan dari penambahan kegiatan usaha penunjang, diproyeksikan mengalami penurunan selama masa proyeksi tahun 2020 sampai dengan 2025. Hal tersebut berkaitan dengan adanya vaksinasi serta kemungkinan besar pandemi bisa segera diatasi,” ungkap manajemen.
Lebih lanjut, trisula textile akan meminta izin pemegang saham terkait penambahan kegiatan usaha dalam rapat umum pemegang saham (rups) yang dijadwalkan pada 27 mei 2021. Rapat ini juga akan membahas studi kelayakan penambahan kegiatan usaha penunjang. Tahun lalu, penjualan bersih trisula textile mencapai rp 538,29 miliar, terpangkas 24,6% dibanding 2019 sebesar rp 714,32 miliar. Perseroan membukukan kenaikan beban keuangan 38,17% menjadi rp 23,67 miliar, dari sebelumnya rp 17,13 miliar.
Alhasil, perseroan mengalami rugi bersih rp 16,03 miliar pada akhir tahun lalu, dari posisi laba bersih 2019 sebesar rp 21,32 miliar. Buyback saham sementara itu, induk usaha trisula textile, yakni pt trisula international tbk (tris) berencana melakukan pembelian kembali ( buyback ) saham dengan anggaran hingga rp 40 miliar. Jumlah saham yang akan dibeli kembali maksimal 10% dari modal disetor perseroan, atau maksimum 314,14 juta saham. “pelaksanaan pembelian kembali saham perseroan dilatar belakangi oleh harga saham perseroan saat ini yang belum mencerminkan nilai atau kinerja yang sesungguhnya,” kata manajemen dalam keterangan tertulis.
Rencana buyback saham ini juga mempertimbangkan kondisi perekonomian nasional dan dunia yang mengalami perlambatan akibat pandemi covid-19 yang turut memberikan dampak negatif terhadap kinerja saham secara umum termasuk saham perseroan. Manajemen berharap, pelaksanaan buyback saham dapat meningkatkan kinerja saham perseroan, serta memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam pengelolaan modal untuk mencapai struktur permodalan yang efisien. Sesuai rencana, buyback saham akan dilaksanakan selama 18 bulan setelah perseroan memperoleh persetujuan dari rapat umum pemegang saham luar biasa (rupslb) yang dijadwalkan 27 mei 2021. Tahun ini, trisula international menargetkan peningkatan pendapatan sebesar 8%.
Pertumbuhan diharapkan didukung diversifikasi produk, ekspektasi peningkatan permintaan, dan peremajaan mesin-mesin produksi guna efisiensi. Sebelumnya direktur utama trisula international santoso widjojo mengatakan, target ini dihitung berdasarkan masih tingginya permintaan produk perseroan, seperti pendistribusian garmen hasil produk ke berbagai daerah di indonesia maupun ekspor. “berkat keahlian yang dimiliki, perseroan telah menerima pesanan pakaian kustomisasi sesuai dengan permintaan pelanggan yang didapatkan melalui anak usaha,” jelas dia, baru-baru ini. Perseroan juga berkomitmen untuk terus meningkatkan fleksibilitas produksi dengan membuat produk berdasarkan kebutuhan pasar, baik domestik maupun ekspor.
Baca Juga
0 Komentar
Untuk membuat komentar silahkan login terlebih dahulu